Kontak Info Lain dan Alamat:

Kunjungi Blog kami: http://skbdenpasar.blogspot.com
Facebook:
skbkotadps@yahoo.co.id
Vidio:
Youtube SKB Kota Denpasar
Email: skbkotadps@yahoo.co.id dan skb.denpasar@gmail.com
Telp: (0361) 461892
Alamat: Jl. Trengguli I Tembau-Penatih Denpasar Timur - Bali

Selasa, 03 Desember 2013

PERINGATAN HAI KE 48 PROVINSI BALI DI KARANGASEM

Pringatan Hari Aksara Internasional (HAI) ke 48 untuk Provinsi Bali diperingati di Kabupaten Karangasem Senin 2 Desember 2013. Peringatan HAI di Provinsi Bali setiap tahun dilaksanakan bergiliran di Kabupaten/Kota. Untuk peringatan HAI ke 48 ini giliran Kabupaten Karangasem yang mendapatkan giliran. HAI ke 48 dipusatkan di gedung UPTD SKB Kabupaten Karangasem yang berada di Desa Jasi. Hadir dalam acara ini adalah Kadis Provinsi Bali yang diwakili oleh Kabid PNFI Dinas Dikpora Provinsi Bali Drs. I Wayan Sudarsana, M.Pd, Wakil Bupati Karangasem Made Sukarana, Kadis Dikpora Kabupaten/Kota se Bali beserta staf cq Bidang PNFI, Kepala dan Pamong Belajar SKb se Bali, Penyelenggara dan Pengelola PAUDNI se Provinsi Bali, Penilik se Provinsi Bali, Beberapa perwakilan PKBM Kabupaten/Kota se Bali serta insan PAUDNI se Provinsi Bali. Dalam peringatan HAI ini dilaksanakan pameran hasil produk keterampilan program-program PAUDNI seperti PKM, PKH, serta kursus-kursus yang dilaksanakan. Pamaeran diisi oleh Bidang PNFI Dinas Dikpora Kabupaten/Kota se Bali, SKB se Bali dan perwakilan PKBM se Bali. Acara diawali oleh Laporan kadis Dikpora Kabupaten Karangasem. Kabid PNFI Disdikpora Kabupaten Karangasem Made Subawa mengatakan kepada para wartawan media lokal bahwa jumlah warga yang buta aksara di Kabupaten Karangasem berjumlah 40 ribu. Termasuk buta aksara tertinggi di Bali. Yang banyak buta aksaranya adalah Kecamatan Kubu, di Kecamatan Karangasem, Kecamatan Abang dan Bebandem. Beliau meyakini bahwa untuk buta aksara usia 24 tahun kebawah diyakini sudah tidak ada. Namun hasil pengamatannya dengan Yayasan Lembaga Anak Bangsa (LAB) Denpasar, sejumlah anak dari Desa Pedahan Kaja dan sekitarnya banyak yang buta aksara dan merantau ke Denpasar. Di Denpasar mereka menjadi buruh tukang suwun dan gelandangan. Pemerintah Kota Denpasar melalui Yayasan LAB dan UPT SKB Dinas Dikpora Kota Denpasar membentuk Sanggar Belajar yang diberi nama Lentera Anak Bali. Mereka belajar membaca, menulis, dan berhitung ditambah keterampilan belajar di lantai IV Pasar Badung Kota Denpasar. Program ini merupakan implementasi dari visi Pemkot Denpasar sebagai Kota Layak Anak. Sementara itu Wakil Bupati Made Sukerana mengakui anak-anak atau orang dewasa yang menjadi gepeng atau warga buta huruf pegunungan seperti di Kubu, juga pintar membedakan nilai uang. Misalnya, kalau mereka seharusnya dapat bagian RP. 100 ribu malah diberi uang Rp. 20 ribu, bisa jadi kapak yang bicara. Terkait pengentasan buta aksara tersebut, sudah berbagai program dilaksanakan seperti pengembalian pekerja anak ke sekolah. Namun dari 150 orang pekerja anak yang dikembalikan ke bangku sekolah yang masih bertahan hanya 10 orang. Mereka juga dimasukkan dalam program Paket A, B, dan C serta program keaksaraan fungsional. Kubu merupakan penyumbang angka putus sekolah yang cukup tinggi. Penyebab mereka putus sekolah selain lebih suka mencari uang meski masih anak-anak dibandingkan sekolah, juga karena secara geografis lokasi sekolah cukup jauh dari rumahnya. Selain alasan miskin, serta tidak adanya prasarana jalan aspal. “Kalau dulu zaman saya berjalan kaki ke sekolah. Menempuh jarak sejauh 5 kilometer sudah menjadi hal biasa. Kini, anak-anak berjalan dan menempuh jarak 4 kilometer saja sudah tidak mau. Jadi, prasarana jalan masih penting, di samping di samping menyediakan air bersih” paparnya. Cara mengatasi jalan kaki jauh ke sekolah, Sukerana yang berasal dari Banjar Juntal Kubu itu mengatakan saat ini sudah ditempuh dengan mendekatkan tempat belajar ke rumah-rumah penduduk dimana banyak angka putus sekolah dan buta hurufnya yaitu dengan membentuk SD cabang atau SD fisial (smt).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar