Kontak Info Lain dan Alamat:

Kunjungi Blog kami: http://skbdenpasar.blogspot.com
Facebook:
skbkotadps@yahoo.co.id
Vidio:
Youtube SKB Kota Denpasar
Email: skbkotadps@yahoo.co.id dan skb.denpasar@gmail.com
Telp: (0361) 461892
Alamat: Jl. Trengguli I Tembau-Penatih Denpasar Timur - Bali

Selasa, 30 Oktober 2012

PEMANTAPAN PESERTA PKH TATA KECANTIKAN TINGKAT DASAR MENJELANG UJIAN NASIONAL

Program Percontohan Kursus dan Pelatihan Tata Kecantikan Tingkat Dasar yang dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan 20 Juli 2012 sudah terlaksanakan dengan baik. Ujian lokal pun telah dilaksanakan 14 Oktober 2012. Sedangkan ujian nasional dilaksanakan pada hari Senin tanggal 5 Nopember 2012. Sementara itu para peserta kursus telah melaksanakan kegiatan magang di beberapa Salon di Kota Denpasar sebagai bagian dari kegiatan Program Percontohan PKH ini. Menjelang Ujian Nasional Tata Kecantikan Tingkat Dasar pada hari Senin tanggal 5 Oktober 2012, para peserta Tata Kecantikan Tingkat Dasar akan diberikan pemantapan lagi sehingga dalam mengikuti Ujian Nasional Tata Kecantikan Tingkat Dasar ini peserta lebih siap dan lulus seratus prosen. Ujian Nasional Tata Kecantikan Tingkat Dasar ini akan dilaksanakan di SMK Negeri 3 Denpasar sebagai lembaga pelaksana TUK (Tempat Ujian Kompetensi) di Kota Denpasar. Ujian Nasional yang sedia dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 5 Nopember 2012 tapi dikarenakan pelaksanaan ini harus dilaksanakan pada hari kerja maka akhirnya menjadi hari Senin tanggal 5 Nopember 2012 (smt).

Selasa, 16 Oktober 2012

KF DASAR DAN KUM DI LINGKUNGAN ANGGABAYA-PLAGAN

KF Dasar Lingkungan Anggabaya Dan Plagan Kelurahan Penatih Kecamatan Denpasar Timur. Tahun 2011 Lalu Sudah Menyelasikan KF Dasar Dengan Mendapatkan Sertifikat SUKMA (Surat Keterangan Melek Aksara). Peserta 40 orang, masing lingkungan 20 orang (Anggabaya 20, Plagan 20 orang). Pada Tahun 2012 Ini peserta didiknya berjumlah 30 orang. Masing-masing lingkungan 15 orang peserta didik. Untuk tahun 2012 ini mereka diikutsertkan dalam percontohan Program Keaksaraan Mandiri (KUM). Keaksaraan Usaha Mandiri adalah kegiatan peningkatan kemampuan keberaksaraan melalui pembelajaran keterampilan usaha yang dapat meningkatkan produktivitas perorangan maupun kelompok secara mandiri bagi warga belajar yang telah mengikuti dan/atau mencapai kompetensi keaksaraan dasar (memiliki SUKMA).
Anggabaya : 15 orang. L := 0, P = 15 Pelagan : 15 orang. L = 9, P = 6 Jadwal Belajar : Senin, Selasa, Rabu. Tempat Belajar : SD No. 3 Penatih Kec Dentim-Bali. Materi Pelajaran : 1. Membaca, 2. Menulis, 3. Berhitung, 4. CALISTUNG yang diintergrasikan dengan Pengetahuan Kewirausahaan. Tenaga Pendidik : 1. I Gst. Md. Senjaya, S.Ag 2. I Ketut Suarjana, S.Ag 3. A. A. Ayu Koreawati, SE (Pengelola) 4. A. A. Ngr. Dalem Astagina, SE 5. Dra. Ni Wayan Sulastri, M.Pd.H. 6. A. A. Ngr. Sumantri 7. I Wayan Sutarka, S.Pd 8. I Kadek Elis Sumantara, S.Pd Pelaksanaan Program : Pelaksanaan 25 juni sd. 26 September 2012.. dalam program ini jika sudah selesai dapat STSB. Dengan memiliki STSB Mereka dapat melanjutkan SD Setara kelas IV. Kegiatan peningkatan kemampuan keberaksaraan melalui pembelajaran ketrampilan usaha yang dapat meningkatkan produktivitas seseorang maupun kelompok secara mandiri bagi warga belajar yang telah mengikuti dan atau mencapai kompetensi keaksaraan dasar. Sasaran Program : Penduduk dewasa 15 tahun keatas yang masih melek aksara parsial Menganggur atau tidak memiliki penghasilan tetap Berasal dari keluarga tidak mampu Memiliki kemauan belajar dan berusaha mandiri yang membuktikan dengan ungkapan dan pernyataan kesanggupan belajar atau berusaha mandiri Penerima Program : UPT SKB Dinas Dikpora Kota Denpasar Lembaga / PKBM : Pemerintah

Senin, 15 Oktober 2012

UNPK PERIODE II PAKET A DAN PAKET B KOTA DENPASAR

Mulai hari Senin tanggal 15 Oktober 2012 sampai hari Rabu tanggal 17 Oktober 2012 dilaksanakan Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) Paket A dan paket B secara seerntak diseluruh Indonesia. Untuk UNPK Paket A dan Paket B se Kota Denpasar dilaksanakan di SD Nomor 28 Dangin Puri Jalan Kamboja Denpasar. UPT SKB Disdikpora Kota Denpasar hanya menyertakan dua orang peserta dari Paket A. Mereka adalah peserta yang tercecer tidak ikut UNPK Paket A Tahun 2011 lalu. SKB Kota Denpasar memang selalu mengikuti UNPK Periode I setiap tahunnya. Adapun Periode II hanya karena beberapa peserta didiknya tidak dapat mengikutinya pada Periode I ini oleh karena satu dan lain hal misalnya sakit dsbnya. Demikian halnya dua orang Peserta Didik Paket A yang ikut dalam periode II ini satu diantaranya yakni Imade Merta adalah seorang atlet Bola Sodok (Bilyard) pada PON XVIII Riau. Karena melakukan persiapan sampai keikutsertaannya dalam PON Riau ini ia merasa tidak siap ikut UNPK tahun lalu dan kini meyusul pada UNPK Periode II ini. Sedangkan Paket B untuk Periode II ini menyertai karena sudah tuntas pada Periode I. Data selengkapnya untuk kedua Peserta Didik Paket A tersebut adalah: 1) Butet Sri Kandi Nomor Peserta 01-004-002-7. Lahir di Maumere 12 Pebruari 1998. 2) I Made Merta dengan Nomor Peserta 01-004-001-8. Lahir di Denpasar 12 Juni 1990. Adapun jadwal dan mata pelajaran Paket A yang UNPK kan adalah : 1) Senin tanggal 15 Oktober 2012 jam 13.00-15.00 wita Pendidikan Kewarganegaraan. Jam 15.30-17.30 wita Bahasa Indonesia. 2) Selasa 16 Oktober 2012 jam 13.00-15.00 wita Ilmu Pengetahuan Sosial. Jam 15.30-17.30 wita Ilmu Pengetahuan Alam. 3) Rabu 17 Oktober 2012 jam 13.00-15.00 wita Matematika (smt).

UJIAN LOKAL TATA KECANTIKAN KULIT TINGKAT DASAR

Ujian lokal Tata Kecantikan Tingkat Dasar dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 14 Oktober 2012. Peserta sudah hadir pada jam 08.00 wita. Namun ujian tertulis baru dapat dimulai pada jam 10. 30 wita. Tata Kecantikan Dasar ini merupakan program percontohan Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH). Setelah melakukan Pelatihan dan Kursus sejak Agustus, September, kini pada pertengahan Oktober ini dilaksakan ujian lokal. Ujian lokal ini selain merupakan bagian dari evaluasi dari suatu pelatihan dan kursus, dari ujian lokal ini akan dapat digambarkan dan dijajagai kemampuan peserta didik dalam mengikuti ujian nasional pada waktu yang akan datang (informasi sementara ini akan dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 21 Oktober 2012 bertempat di SMKN 3 Denpasar sebagai Tempat Uji Kompetensi). Bertindak sebagai nara sumber adalah Bunda Cristianti dari salon Issabella Denpasar dibantu oleh Ibu Ni Made Wardani. Pada ujian lokal ini diikuti (terdaftar) 30 peserta, tapi karena suatu halangan 6 orang peserta tidak dapat mengikuti Ujian Lokal ini sehingga hanya diiuti 24 orang. Sisanya yang belum dapat mengikuti Ujian Lokal ini akan mengikuti ujian susulan. Adapun mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Lokal ini adalah : Manikur, Pedikur, dan Tata Riaa Wajah sehari-hari. Yang dinilai bukan hanya masalah teknis menyangkut keterampilan dalam Manikur, Pedikur, serta Tata Rias Wajah Sehari-hari saja juga menyangkut kebersihan, kerapian, serta juga sukap para peserta ujian ini. Ujian Lokal Tata Kecantikan Kulit Tingkat Dasar ini berakhir pada jam 19.30 wita (smt).

Rabu, 10 Oktober 2012

PENGELOLA YANG “NAKAL” DAPAT MERUSAK CITRA PENDIDIKAN KESETARAAN

Oleh : A. A. Ngurah Sumantri
Membaca berita koran “Denpost” terbitan hari Selasa tanggal 9 Oktober 2012 tentang ketatnya persyaratan untuk mengikuti Ujuan Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) Paket C saya pribadi sangat setuju. Bukankah pada saat ini Kelompok Belajar Paket A, Paket B, dan Paket C sudah diakui keberadaannya oleh masyarakat dan semakin diperhatikan Pemerintah? Bahkan semakin dimati oleh masyaraat? Masyarakat yang tidak terlayani pada Pendidikan Formal sudah menjadikan Pendidikan Non Formal cq Pendidikan Kesetaraan sebagai pilihannya? Bahkan mereka sudah tidak merasa malu dan gengsi lagi belajar di Kejar Paket A, Paket B, dan Paket C. Tentu semua ini berkat perjuangan yang tidak mengenal lelah dari pada para insan yang berkecimpung di Pendidikan Non Formal dan In Formal. Keberadaannya juga semakin mantap dengan adanya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Jebolan Pendidikan Kesetaraan ini dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi baik Non Formal bahkan Formal. Misalnya Paket A melanjutkan ke Paket B bahkan juga SMP baik Negeri maupun Swasta. Paket B selain ke Paket C juga ke SMA Negeri atau Swasta. Demikian halnya Paket C dapat melanjutkan ke perguruan tinggi Negeri maupun swasta. Bahkan demi pencitraan istilah “Kejar ” pun diganti menjadi Pendidikan Kesetaraan. Misalnya Pendidikan Kesetaraan Paket A, Kesetaraan Paket B, dan Kesetaraan Paket C. Kondisi Pendidikan Kesetaraan seperti yang saya sebutkan diatas tersebut selayaknya kita para insan PNF ini syukuri. Untuk itu sudah sepatutnya kita jaga, kita pelihara, bahkan kita tingkatkan kualitasnya sehingga masyarakat semakin percaya dengan Pendidikan Kesetaraan ini. Dengan demikian maka citra Pendidikan Kesetaraan ini semakin baik dimata msyarakat Indonesia. Pada masa kini pencitraan ini juga merupakan faktor yang tidak dapat diabakian untuk meraih simpati publik. Akan tetapi dalam kenyataan dan prakteknya ternyata masih ada beberapa institusi PNF yang “nakal” dan ceroboh dalam mengelola manajemen pendidikannya. Masih ada segelintir oknum pengelola Pendidikan Kesetaraan ini yang lebih memprioritaskan uang dari pada kualitas produk pendidikannya. “Ada Uang Semuanya Beres!” . Atau istilah jadulnya, “Semua Bisa Diatur!” begitu kira-kira kalau di bahasakan. Apa yang saya sampaikan dan tulis ini bukan berdasarkan dugaan dan prasangka yang buruk, tapi beberapa pengalaman yang kebetulan saya alami mengindikasikan adanya praktek-praktek “nakal” dari beberapa oknum pengelola Pendidikan Kesetaraan ini. Pada tahun 2009 saya pernah diikutsertakan sebagai petugas pengawas UNPK periode I. Selain saya dari UPT SKB Dinas Dikpora Kota Denpasar juga beberapa teman Pamong Belajar yang notabene adalah juga Tutor Pendidikan Kesetaraan ikut menjaga dan bertugas mengawasi UNPK ini. Dalam setiap ruang dijaga oleh dua orang penjaga atau pengawas ujian. Dan kami dari UPT SKB Dinas Dikpora Kota Denpasar tugasnya diacak artinya dalam satu ruangan tidak dengan teman sekerja, tetapi dengan Tutor lain dari PKBM. Waktu itu saya bertugas dengan seorang Tutor yang bertugas di salah satu PKBM di Kota Denpasar. Saya tidak perlu sebutkan nama beliau dan PKBM tempat beliau mengajar. Kebetulan beliau adalah seorang Tutor yang mengajar mata pelajaran Geografi. Saya katakan kebetulan karena saya juga Tutor Geografi di Paket C kelas X UPT SKB Dinas Dikpora Kota Denpasar. Sehingga dalam berkomunikasi kami sangat nyambung. Setelah diawali dengan perkenalan dan basa-basi, seiring dengan berjalannya waktu sampailan kami pada pembicaraan tentang mata pelajaran yang kami ajari. Sampai dalam pembicaraan tentang mata pelajaran yang kami ajarakan ini lancar-lancar saja. Barulah saya menjadi kaget ketika pembicaraan kami memasuki ranah proses belajar mengajarnya. Yang membuat saya kaget tiada lain karena di PKBM tempat beliau mengajar ternyata Paket C Kelas X, XI, dan XII digabung dalam satu ruangan. “Lho kok bisa? Lalu bagimana cara Ibu mengajar mereka?” tanya saya tidak habis pikir. Apa ada satu sistem atau metode mengajar model mutakhir sehingga dapat mengajar dalam satu kelas untuk tingkatan kelas yang berbeda? Bisik saya dalam hati. Ibu Tutor tersebut hanya senyum-senyum saja. “Yah saya tidak bisa berbuat apa-apa karena semua ini keputusan yang diambil oleh pengelola kami” katanya dengan senyuman yang menunjukkan ketidak berdayaan. “ia sih Bu tapi dalam hal ini kan pengelola tidak boleh intervensi terlalu jauh dalan hal proses belajar mengajar ” kata saya. “Ah sudalah Bu, kalau ini keputusan pengelolanya, ia yang kelak bertanggung jwab kalau terjadi apa-apa” kata saya menghibur beliau. “Alasannya ya karena tahun ini sangat sedikit memperoleh peserta didik disetiap kelasnya” kata beliau. O begitu, tapi kan itu bukan alasan yang menjadi pembenar untuk melaksanakan “model” pembelajaran yang “nyeleneh” ini. Masih di UNPK 2009 ini, pada kesempatan berikutnya, saya pun kembali menjumpai keanehan lain. Kali ini dari seorang peserta didik yang ikut serta dalam UNPK ini. Saya pun tidak akan menyebutkan namanya, lagian saya sudah lupa karena kejadiannya sudah beberapa tahun yang silam. Saat jam istirahat setelah beberapa mata pelajaran yang diujikan selesai, saya sempat berbincang-bincang dengan salah seorang peserta perempuan dari sebuah PKBM. Menurut pengakuannya, ia berasal dari sebuah daerah di ujung paling timur dari Propinsi Jawa Timur. Ia merantau ke Bali dan bekerja disebuah Artshop di daerah celuk Gianyar. Menurut penuturannya, ia hanya tamatan SMP di Kotanya. Setelah bercerita panjang lebar, sampailah ceritanya tentang keikutsertaannya menempuh UNPK ini. Ketika saya bertanya tentang bagaimana proses belajar mengajar di PKBM tempat ia belajar, peserta didik ini malah “clingak-clinguk” seperti orang bego. “Belajar?” tanyanya heran. “Ya. Seperti pelajar SMA kan belajar di kelas” kata saya. Ia geleng-geleng sambil mengerutkan keningnya. “Lho adik ini kan tadi bilang cuman tamatan SMP di tempat asalnya di Jawa Timur sana. Lalu ngelamar ikut belajar di PKBM.... ini. Pastilah masuk dan belajarnya dari kelas X paket C dong” jelas saya agar ia mengerti. Ia mengerutkan kening dan menunjukkan ketidakmengertian maksud saya. Pelan-pelan saya jelaskan lagi. Jawaban yang saya terima kemudian mebuat saya terkejut dan heran. “Saya ga pernah belajar kok Pak. Saya datang ke tempat belajar ini (maksudnya PKBM) dan ditanya mau ikut ujian tahun ini? Kalau mau ikut ujian kamu harus membayar......” katanya sambil menyebutkan suatu jumlah uang yang membikin saya kaget setengah mati karena nilainya jutaan rupiah ! “Lho kok mahal buanget?” Pancing saya semakin penasaran. “Ya Pak. Katanya karena surat-surat saya ga lengkap. Saya ga punya raport kelas satu (maksudnya kelas X) paket C, juga raport kelas dua dan kelas tiga. Gurunya (maksudnya pengelola) bilang akan dibuatin raportnya. Juga kelengakapan lain seperti absen setiap belajar, ulangan dan lain-lainnya” katanya polos. “Kan ditawar-tawar biar lebih murah dong” pancing saya lagi untuk mendapatkan informasi lebih banyak. “Wah sudah Pak! Ada paket yang murahan, ya saya disuruh belajar dari kelas satu sampai kelas tiga. Waduh saya ga ada waktu Pak. Lagian kan saya perlu ijasah segera” katanya. O begitu rupanya. Wah ini oknum pengelola menggunakan “Jurus Kepepet” . ia dapat membaca situasi calon peserta didiknya. Semakin kepepet dan semakin butuh cepat untuk tamat dan mendapatkan ijasah semakin tinggi bayarannya, ck ck ck! Tentu saya yakin ada juga “paket-paket” yang lainnya lagi sesuai dengan kebutuhan peserta calon didiknya. Saya di UPT SKB Dinas Dikpora Kota Denpasar bukannya tidak pernah didatangi oleh calon peserta didik yang “mau enaknya sendiri” model beginian. Bahkan hampir tiap tahun ajaran baru selalu saja ada beberapa calon peserta didik yang ingin menggunakan jalan pintas seperti ini. Hanya saja karena kami adalah lembaga pemerintah yang wajib memeberikan contoh maka hal seperti itu kami tidak layani. “Pak! Saya tamatan SMP. Saya pengen cepat tamat SMA (Maksudnya Paket C), bisa ga disini?” tanyanya. Tentu saja saya jelaskan panjang lebar tentang proses KBM di UPT SKB Dinas Dikpora Kota ini panjang lebar disertai dengan memetik beberpa peraturan pemerintah. Ia Cuma melongo dan akhirnya permisi. “Maaf dik di tempat kami hal seperti itu tidak bisa dilakukan. Kalau adik tamat SMP ya disini adik mestinya belajar di Kelas X Paket C” kata saya menjelaskan. “Tapi teman saya baru beberapa bulan aja ikut Paket C sudah ikut ujian dan ga sampai setahun sudah tamat Paket C. Itu terjadinya tahun lalu” katanya ngotot. “O begitu? Saya kurang tahu dik, mungkin di tempat lain ada yang seperti itu. Tapi disini ga seperti itu” kata saya dan ia pun pergi. Setahun sebelumnya di tahun 2008, saya malah ketemu dengan mantan peserta didik saya yang mendrop-outkan diri pada kelas X Paket C semester kedua karena teriming-imingkan oleh suatu lembaga pendidikan kesetaraan. Menurut informasi yang ia dengar, katanya di PKBM........tidak usah belajar selama tiga tahun seperti yang diterapkan di UPT SKB Dinas Dikpora Kota Denpasar ini. Ia pun pindah ke PKBM yang disebutkan itu. Dan.... saya bertemu dengannya saat saya menjadi petugas dan pengawan UNPK Periode Pertama tahun 2008 itu. “Halo Pak Agung, saya bisa lho ikut ujian sekarang” katanya sambil melambaikan tangannya lalu masuk kelas untuk mengikuti UNPK. Nampaknya ia bangga sekali dengan”kesuksesannya” ikut UNPK cara cepat dan pintas ini. Saya pun melongo heran. Saya yakin tampang saya saat itu mirip kerbau dungu. Dalam hati saya berbisik, edan kok bisa ya? Itu mantan anak didik saya yang beberapa bulan yang lalu mundur dan minta pindah belajar dari SKB Kota Denpasar. Pernah juga beberapa tahun yang lalu sekitar 15 orang peserta didik saya di kelas X Paket C ingin “bedol desa” pindah rame-rame ke sebuah PKBM. Konon PKBM tersebut dapat menjanjikan sekelompok peserta didik bersangkutan untuk segera mengikuti UNPK tanpa harus mengikuti proses KBM yang lama dan bertahun-tahun. Sebagai Tenaga Pendidik yang bertanggung jawab saya berusaha memberikan wejangan, nasihat dan penjelasan panjang lebar. Dan entah mereka percaya dengan saya atau bagaimana tapi yang jelas mereka tidak lagi tergoda oleh iming-iming PKBM tersebut. Yang jelas mereka tidak jadi pindah dan tetap belajar hingga sampai tamat belajar dan sukses mengikuti UNPK dengan jalan yang wajar. Demikianlah sekelumit pengalaman saya dalam berkecimpung di Pendidikan Non Formal cq Pendidikan Kesetaraan. Itu adalah kondisi beberapa tahun yang silam. Namun saat ini jika masih ada oknum pengelola Pendidikan Kesetaraan yang masih “nakal” dan sangat longgar dalam melaksanakan manajemennya, sungguh sangat disayangkan. Ini berarti oknum bersangkutan tidak bisa bersyukur atas predikat yang disandang oleh jalur pendndikan Paket ini yakni predikat PENDIDIKAN KESETARAAN. Bahkan oknum yang bersangkutan boleh dibilang sebagai PENGHIANAT PENDIDIKAN KESETARAAN. Jika orang-orang seperti ini masih ada didalam ranah Pendidikan Kesetaraan ini, lambat laun akan menjadi duri dalam daging atau setitik noda yang meracuni susu sebelanga. Mereka ini yang akan merusak dan menterpurukkan Pendidikan Kesetaraan hingga jurang yang paling hina. Sehingga masyarakat dan dunia Pendidikan di Indonesia tidak percaya lagi dengan kualitas pendidikan kesetaraan ini. Kalau sudah demikian bukan hanya insan PNF yang dirugikan tapi juga masyarakat yang masih perlu layanan Pendidikan Non Formal ini. Selain itu hal ini termasuk tindakan dan proses pembodohan terhadap masyarakat dan pembohongan terhadap publik. Citra Pendidikan Kesetaraan ini kini sudah sangat baik, janganlah dirusak dengan cara-cara memakai jalan pintas dan pembodohan masyarakat sasaran didik dengan cara-cara yang seperti telah diuraikan diatas itu. Hanya demi keuntungan dan mengutamakan uang lantas mengorbankan citra pendidikan kesetaraan yang cukup lama membangun kepercayaan sehingga menjadi seperti sekarang ini. Semua orang memang perlu uang, namun kalau demi uang kemudian menghalalkan segala cara sungguh suatu tindakan yang tidak patut dan tercela. Semoga itu hanya sebagai sisi buruk masa laludari perjalanan serta proses pendididkan kesetaraan yang kita cintai ini. Dan pada masa kini sudah tidak ada lagi tindakan-tindakan seperti itu. Jika tidak, maka perlu kita koreksi lagi, apa pantas kita menyandang predikat terhormat ‘PENDIDIKAN KESETARAAN” ? Predikat ini adalah amanah dan berkah, untuk itu selayaknya kita jaga dengan baik bahkan wajib kita tingkatkan kualitasnya. Salah satu diantaranya adalah dengan semakin memperketat persyaratan dalam mengikuti UNPK.

Selasa, 09 Oktober 2012

MONITORING DAN EVALUASI (MONEV) DARI DITBINSUSLAT DITJEN PAUDNI KEMDIKBUD

Monitoring dan Evaluasi (Monev) dari Diretorat Pembinaan Kursus dan Latihan (DITBINSUSLAT) Ditjen PAUDNI KEMDIKBUD Jakarta. Beliau datang ke UPT SKB Dinas Dikpora Kota Denpasar pada hari Selasa 9 Oktober 2012 sekitar jam 11.30 wita. Petugas yang datang bernama Endang Wahyuningsih. Beliau diantar oleh Komang Saptono dari UPTD BPKB Propinsi Bali. Tujuan monev ini adalah untuk melaksanakan pemetaan potensi SKB Kota Denpasar. Pada kesempatan ini Ibu endang Wahyuningsih melihat-lihat beberapa sarana penunjang kegiatan atau program Kursus dan Pelatihan UPT SKB Dinas Dikpora Kota Denpasar seperti Lab. Menjahit dan Membordir, Lab. Komputer, dan Lab. Bahasa Indonesia. Sementara itu Instrumen Pemetaan/Pengumpulan data Potensi Program Kursus dan Latihan pada SKB yang dikirim via Email segera minta diisi untuk dikirim kembali ke DITBINSUSLAT Ditjen PAUDNI KEMDIKBUD dengan alamat Jalan Jenderal Sudirman Gedung E Lantai 6 Senayan Jakarta. Petugas meninggalkan UPT SKB Dinas Dikpora Kota Denpasar pada jam 12.30 wita setelah melakukan foto bersama dengan Kepala SKB beserta staf (smt).

Senin, 08 Oktober 2012

SOSIALISASI PROGRAM LAYANAN KESEHATAN DARI RSU BHAKTI RAHAYU DI SKB KOTA DENPASAR

Hari ini Senin tanggal 8 Oktober 2012 petugas dari Rumah Sakit Umum Bhakti Rahayu Denpasar melaksanakan sosialisasi pelayanan kesehatan untuk Pegawai Negeri Sipil di UPT SKB Disdikpora Kota Denpasar. Petugas yang memberikan penjelasan berbagai seluk beluk pelayanan kesehatan yang diberikan di Rsu Bhakti Rahayu adalah Putu Ayu Suasti. Sosoialisasi dimulai jam 10.30 wita sampai dengan jam 11.30 wita diikuti oleh semua pegawai negeri sipil di UPT SKB Disdikpora Kota Denpasar. Rsu Bhakti Rahayau yang beralamat di Jalan Gatot Subroto II Nomor 11 Denpasar itu adalah rsu rujukan bagi PNS di Kota Denpasar. Setelah petugas memberikan penjelasan panjang lebar dipandu oleh Kepala UPT SKB Disdikpora Kota Denpasar Ni Made Sugiantini, S.Pd. M.Pd.H dilanjutkan dengan tanya jawab seputar beberapa hal yang belum dipahami menyangkut layanan kesehetan di Rsu Bhakti Rahayu ini. Beberapa pegawai perempuan malah mendaftarkan diri untuk mengikuti program Pap Smear. Bahkan dalam rangka Gebyar Kesehatan pada bulan September, Oktober dan November 2012 dilaksanakan Pap Smear Gratis di RSU bersangkutan(smt).

SKB KOTA DENPASAR MENYERTAI 3 WBNYA DALAM UNPK PERIODE II OKTOBER 2012

Mulai Hari Ini Senin Tanggal 8 Oktober 2012 sampai dengan Jumat 11 Oktober dilaksanakan Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) Periode II secara serempak di Seluruh Indonesia. UPT SKB Disdikpora Kota Denpasar hanya menyertakan 3 orang peserta didik Paket C. Mereka adalah peserta didik yang tercecer dari periode I karena satu dan lain hal pada periode pertama tidak dapat mengikuti. Mereka antara lain : 1 I Putu Angga Yuliastawan dengan Nomor Ujian 01-004-001-6, 2 I Gede Yernia Prawita dengan Nomor Ujian 01-004-001-7, dan Ni Wayan Eka Parwati dengan Nomor Ujian 01-004-001-8,. UNPK dilaksanakan di SD No. 28 Jalan Kamboja Denpasar mulai jam 13.00-15.00 wita. Adapun jadwalnya adalah sebagai berikut : hari Senin 08-10-2012 Pkn, Bhs Indonesia, hari Selasa 09-10-2012 Sosiologi, geografi, hari Rabu 10-10-2012 Bhs inggris, ekonomi dan hari terakhir hari Kamis tanggal 11-10-2012 adalah Matematika (smt).

Jumat, 05 Oktober 2012

PEMBINAAN PENGELOLA DAN PENDIDIK PAUD

Rembug intern Pengelola dan Tenaga Pendidik PAUD “Harapan Bangsa” UPT SKB Disdikpora Kota Denpasar. Rembug dipimpin oleh pengelola PAUD “Harapan Bangsa” Dra. Sri Hartati Andriana. Acara dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 5 Oktober 2012. Acara dimulai pada jam 10.30 wita sampai 11.00 wita. Selain itu juga ikut serta Kepala UPT SKB Disdikpora Kota Denpasar dan pokja PAUD. Rembug ini dilaksanakan berkenaan dan sebagai tindak lanjut dari pada hasil monev BPPAUDNI Regional V terhadap UPT SKB Disdikpora Kota Denpasar pada hari Selasa 2 Oktober 2012 yang lalu. Selain itu dalam pertemuan ini juga dibahas beberapa hal diantaranya tentang persiapan penerimaan uji coba Media Pembelajaran PAUD dari Pusat Pengembangan Media Surabaya Jawa Timur. Jika tiada aral melintang Pusat Pengembangan Media Surabaya akan datang ke SKB ini sesuai jadwalnya pada hari Selasa tanggal 9 Oktober 2012. Juga pada kesempatan ini dibahas pembinaan proses belajar mengajar serta peningkatan tertib administrasi di PAUD “Harapan Bangsa” (smt).

Kamis, 04 Oktober 2012

SOSIALISASI DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

Pada hari Kamis tanggal 4 Oktober 2012 jam 10.30 wita, UPT SKB Dinas Dikpora Kota Denpasar Kedatangan tamu atau petugas dari Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan Jakarta. Beliau bernama Adi Sutrisno, M.Pd disertai oleh Bapak Djito, M.Pd dari UPTD BPKB Propinsi Bali. Tujuan kedatangannya ke SKB ini dalam rangka Sosialisasi Penjaminan Mutu Pendidikan. Petugas dari Penjaminan Mutu Pendidikan ini diterima oleh Kepala UPT SKB Disdikpora Kota Denpasar Ni Made Sugiantini, S.Pd. M.Pd.H didampingi oleh Koordinator Pamong Belajar I Nyoman Handika, S.Si. Sebelum datang ke SKB Kota Denpasar mereka sudah mengirimkan instrumen via email yang segera harus diisi. Instrumen ini menyangkut semua program kegiatan SKB Kota Denpasar (smt).

Rabu, 03 Oktober 2012

PEMAPARAN HASIL MONEV BPPAUDNI REGIONAL V TERHADAP EMPAT SKB DI PROPINSI BALI

Pemaparan hasil monev BPPAUDNI Regional V terhadap 4 SKB di Propinsi Bali dilaksanakan di UPT SKB Dinas Dikpora Kota Denpasar pada hari Rabu tanggal 3 Oktober 2012. Hadir dalam pemaparan ini adalah Ketua Team monev Bapak Haji Khairudin, SH beserta Ibu Erna Isis, para pelaksana tugas monev dari masing-masing SKB beserta para Kepala SKB yang dimonvp atau yang mewakilinya antara lain Kepala UPT SKB Disdikpora Kota Denpasar selaku tuan rumah, Kepala SKB Kabupaten Badung, Kepala SKB Kabupaten Tabanan dan Kepala SKB Klungkung. Acara sudah dimulai jam 08.00 wita diawali dengan presentasi tentang SIM PAUDNI kaitannya dengan pempublikasian UPT SKB Dinas Dikpora Kota Denpasar memanfaat media digital di dunia maya yang disampaikan oleh operator SIM SKB Disdikpora Kota Denpasar A. A. Ngurah Sumantri. Selanjutnya Bapak Haji Khairudin, SH selaku ketua team monev memberikan beberapa wejangan terkait dengan monev ini. Kesempatan pertama diberikan kepada Ibu Erna Isis untuk meyampaikan paparan hasil monevnya di UPT SKB Dinas Dikpora Kota Denpasar. Selanjutnya team monev yang bertugas di Kabupaten Badung dan terakhir dari Kabupaten Tabanan. Ketua team monev memberikan kesempatan terhadap para Kepala SKB yang hadir untuk menyampaikan hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan monev ini. Kepala SKB Tabanan mengatakan bahwa hendaknya proposal yang telah diajukan ke BPPAUDNI reional V jangan diubah-ubah lagi. Menanggapi apa yang disampaikan pleh Kepala SKB Tabanan, kegtua team mejawab bahwa Proposal tidalk berubah tapi krn ada nya regulasi permen mendikbud no 27. Adanya interpensi regulasi di tengah jalan. Sedangkan Kepala SKB Badung mengatakan telah melaksanakan program sesuai dengan juklak dan juknis namun karena terkendala kondisi di Badung belum dapat dilaksanakan sesua juklak. Penyusunan program dar bppaudni dapat sejalan dan serasi sesuai dg harapan. Harapan monitoring dpt dilaksanakan dengan kontiniu. Mohon bppaudni monitoring lagi agar program-program percontohan ini dapat melaksanakan sesuai dengan juklak. Sementara itu Kota Denpasar. Program penyusunan proposal agar tidak mengulang-ulang. Kekurangan-kekuranganhasil evaluasi terhadap SKB Kota Denpasar akan dijadikan acuan.untuk berbenah sehingga sesuai dengan harapan. Matrikulasi selalu dilaksanakan ke UPT Disdikpora Kecamatan. Portofolio anak ada di PAUD. PAUD Harapan Bangsa UPT Disdikpora Kota Denpasar menerima magang setiap tahun dari IKIP PGRI dan berbagai lembaga pendidikan. Menanggapi semua apa yang disampaikan oleh para Kepala SKB tersebut ketua team monev BPPUDNI maengatakan bahwa nampaknya masalahnya sederhana tapi kalau tidak ditangani akan menjadi luar biasa. Acuan BPPAUDNI, acuan SKB untuk tahun-tahun yang akan datang. Beliau mengatakan terkait beberapa petugas monev yang belum hadir saat pemaparan ini, jika masa yang akan datang ada tim monitoring yang seperti ini agar para Kepala SKB jangan mau menandatangani SPPD mereka. “Sebaiknya SPPD mereka ini ditadatangani pada hari terakhir mereka melaksanakan tugasnya”, demikian saran beliau. Jikalau tidak hadir tidak perlu ditandatangani. Jangan hal-hal seperti ini sampai terulang pada moniv berikutnya. Monitoring tahap evaluasi pengendalian program. Lalu akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif selanjutnya akan dilaksanakan bimbingan teknis. Intrukmen yang baik adalah yang telah divalidasi. Dibuatkan responden sebelum melaksanakan kegiatan. Cukup dengan sampling saja. Tidak ada alasan instrukmen tidak sempurna. Menanggapi apa yang disampaikan oleh Kepala SKB kota Denpasar beliau mengatakan bahwa mengirim laporan ke UPT Disdikpora Kecamatan hendaknya secara secara struktural.sedangkan secara fungsional beliau mengharapkan dilaporkan ke BPPAUDNI Regional V Mataram-Lombok. Sementara itu menyangkutpParenting PAUD diskb Kota Denpasar sudah bagus namun perlu dioptimalkan lagi. Dari sisi ruangan yang ada di SKB ini pemanfaatnya sudah padat dan bahkan multi fungsi. Sedangkan menyinggung masalah SIM, hendaknya dilakukan penguatanSIM. Menyinggung masalah Pamong Belajar, beliau mengatakan masih banyak pamong belajar SKB yang gaptek. Sudah saatnya para pamong belajar menggunakan media digital facebook, yuotube dsbnya supaya dipakai sebagai media pembelajaran (E- Learning). Pengembangan SIM tidak hanya via IT saja, misalnya membuatdan memasang baliho di depan kantor SKB. Substansinya bisa dikembangkan lagi. Demikian juga pemanfaat IT sebagai media publikasi SKB agar webnya tidak terpisah-pisahakan tetapi menggunai satu homepage menyatu dengan memakai tab dan link. Sebaiknya mengginakan domain. SIM diarahkan pada pemetaan dengan penjaminan mutu. Sebagai motivasi kerja dan meningkatkan kualitas, pada masa yang akan datang SKB yeng berprestasi layak diberikan semacam award. Ketua team pada akhirnya menyimpulkan bahwa secara umum hasil monev ini menunjukkan kinerja beberapa SKB di Bali ini sudah baik, hanya saja beberapa hal perlu dibenahi dan ditingkatkan semerti apa yang sudah dipaparkan oleh petugas monev dari masing-masing SKB ini. Selanjutnya ketua team menyampaikan rekomendasi kegiatan monitoring dan evaluasi dari masing-masing SKB yang dimonitoring dan di evaluasi : LAPORAN HASIL MONITORING PROGRAM PERCONTOHAN PADA SKB KOTA DENPASAR TAHUN 2012 NO PROGRAM PELAKSANAANYA REKOM ENDASI 1 PAUD Terpadu Berbasis Budaya - Menerapkan model yang dikembangkan oleh SKB Denpasar (Naskah) - Perangkat pembelajaran tersedia - Tertib admnistrasi - Menyelenggarakan program parenting untuk orangtua murid terjadwal dan berkelanjutan - APE indoor & outdoor lebih dikembangkan (pemanfaatan APE berbasis alam) - Peningkatan kompetensi dan kapasitas pendidik ditingkatkan - Senantiasa melakukan inovasi program untuk mewujudkan program percontohan - Progress report bulanan perkembangan PAUD dibiasakan - Parenting terintegrasi PKH ditingkatkan 2 KUM Sesuai Model Dikmas Balai (vokasional sesuai potensi lokal) Diperlukan inovasi yang lebih; untuk meningkatkan motivasi WB dalam melestarikan keberaksaraan mereka 3 P2TK Sesuai Model P2TK Balai : Pemberdayaan Tutor Inti Diperlukan koordinasi dan komunikasi yang intens antara penyelenggara program dengan tim pengembang khususnya 4 Kursus dan Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Tingkat Dasar Sesuai Model KP Balai; Penyelenggaraan Pendidikan Kecakapan Hidup Berorientasi Kerja Berbasis Kemitraan - Perlu dipikirkan tindak lanjut dari program - Perlu sosialisasi dan publikasi lebih terbuka - Jalinan kemitraan di tingkatkan mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dan pasca kursus dan pelatihan yang dilaksanakan (MOU) 5 Kursus dan Pelatihan Bordir Dan inilah rekomendasi kegiatan monitoring beberapa SKB tersebut : REKOMENDASI KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI KABUPATEN BADUNG, KABUPATEN TABANAN, KABUPATEN KLUNGKUNG dan KOTA DENPASAR 01-203 Oktober 2012 1. Keseluruhan program sudah dapat dikatakan baik dan berjalan sesuai dengan rencana atau desain program keterlaksanaan yang dibuat 2. Diperlukan inovasi yang lebih dalam rangka pembentukan program percontohan, dengan urutan antara lain dengan mencapai standar, kemudian unggul dan akhirnya dapat disebut program percontohan. 3. Terjadi replikasi dan kerjasama antara UPTD SKB dengan BPPAUDNI REGIONAL V MATARAM yang berdampak terhadap terjadinya capacity building 4. Sehingga apapun yang terjadi agar dapat ditindaklanjuti oleh BPPAUDNI REGIONAL V MATARAM, hasil dari monitoring yang telah dilakukan oleh tim dalam merumuskan perencanaan program tahun 2013 5. Standar pembiayaan dan program perlu dipertimbangkan kedepan agar setiap percontohan program dapat dilakukan secara linier terhadap kebutuhan yang ada dimasyarakat 6. Dari hasil pengamatan dan observasi perlu pihak BPPAUDNI REGIONAL V MATARAM mampu memetakan kebutuhan program percontohan di UPTD SKB yang dapat meningkatkan eksistensi UPTD SKB 7. Optimalisasi tim penjablok, fasilitasi dan orientasi serta pembinaan secara efektif 8. Dalam perencanaan program tahun 2013 agar lebih berpihak ke UPTD SKB 9. Koordinasi dengan pihak dinas sudah dilakukan dengan baik hanya saja perlu didukung dengan kebijakan Ditjen serta BPPAUDNI REGIONAL V MATARAM dalam hal penganggaran tahun 2013 10. Permasalahan yang terjadi dilapangan relatif tidak ada dan menonjol semua perlu diperkuat dengan fasilitasi oleh BPPAUDNI REGIONAL V MATARAM 11. Penjaringan tutor inti yang seyogyanya dapat lebih bersifat objektif. 12. Pemberdayaan pamong belajar dalam rekonstruksi program dan penyelenggaraan program perlu ditingkatkan. 13. Potensi pada program PKH agar disinergikan dengan peluang kewirausahaan dalam mendukung animo pariwisata. 14. Pengembangan SIM dalam mewujudkan pencitraan dimaksimalkan. 15. Pendampingan dari BPPAUDNI REGIONAL V MATARAM Regional agar terencana, terprogram, sistematis dan sistemik. Demikian rekomendasi ini disimpulkan dari kegiatan Monitoring dan Evaluasi yang diselenggarakan di Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Klungkung dan Kota Denpasar selama rentang waktu kegiatan dari tanggal 01-03 Oktober 2012. Denpasar, Rabu, 03 Oktober 2012 Kepala SKB Kabupeten Badung, (I Wayan Duita, SH) Kepala SKB Kota Denpasar, (Ni Made Sugiantini, S.Pd, M.Pd) Kepala SKB Klungkung, (I Wayan Sudiadnyana, S.Pd) Kepala SKB Tabanan, (I Wayan Wastika, S.Sos, M.Pd ) Mengetahui, Ketua Penjablok, (H.Khairudin, SH) Acara pemaparan hasil monev ini berakhir pada jam 11.00 wita (smt).

Selasa, 02 Oktober 2012

MONEV BPPAUDNI REGIONAL V DI UPT SKB DINAS DIKPORA KOTA DENPASAR

Pada hari Selasa tanggal 02 Oktober 2012 BPPAUDNI Regional V Mataram melakukan Monitoring dan Evaluasi (Monev) di UPT SKB Dinas Dikpora Kota Denpasar. Petugas yang melakukan monev adalah Bapak Haji Khairudin, SH dan Ibu Erna Isis. Adapun yang di monev adalah program-program Percontohan Kursus dan Pelatihan yang dilaksanakan di SKB Kota Denpasar pada tahun 2012 ini. Mereka tiba di UPT SKB Dinas Dikpora Kota Denpasar pada jam 08.30 wita dan diterima oleh Kepala UPT SKB Dinas Dikpora Kota Denpasar Ni Made Sugiantini, S.Pd.M.Pd.H beserta Pamong Belajar terutama sekali para pengelola Program Percontohan dan Kursus. Selain itu juga didampingi oleh Kasubag Tata Usaha Ni Made Susilawati. Dalam pemaparannya, kepala UPT SKB Dinas Dikpora Kota Denpasar menyampaikan beberapa hal berkaitan dengan Program Percontohan dan Kursus. “Kami sangat mengharapkan agar program-program percontohan dan terutama kursus-kursus seperti kursus kecantikan dan membordir ini programnya dapat berkesinambungan dan tidak hanya sampai disini saja. Misalnya seperti Tata Kecantikan yang kita laksanakan ini kan baru tingkat dasar, sedangkan dalam pasar kerja tentu pemakai tenaga kerja seperti salon mengharapkan mereka yang direkrut untuk dipekrjakan di salonnya memiliki kompetensi yang lebih dari pada ini” demikian yang beliau sampaikan kepada team monev. Bapak Haji Khairudin akan memperjuangkan apa yang telah dipaparkan dan disampaikan oleh Kepala SKB Denpasar. “Saya sudah melihat bahwa SKB ini sudah lebih representatif keadaannya kalau dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Dengan kondisi seperti sekarang ini SKB ini sudah bagus. Tinggal dikembangkan saja untuk kedepannya. Saya mengharapkan nantinya SKB ini dapat menjadi contoh bagi SKB-SKB yang ada di Propinsi Bali. Hal ini sudah selayaknya karena SKB Kota Denpasar ini berada di Ibu Kota Propinsi Bali. Untuk itu SKB Kota Denpasar perlu lebih membenahkan diri baik mengenai Program-programnya maupun pembenahan di bidang fisik dari gedung ini”. Demikian yang beliau sampaikan. Beliau juga tidak henti-hentinya selalu memberikan motivasi terutama sekali terhadap para Pamong Belajar yang berada di wilayah kerja BPPAUDNI Regional V Bali dan NTB. Motovasi beliau senantiasa membuat para Pamong Belajar lebih termotivasi untuk membenahi dan meningkatkan kapasitasnya sehingga insan PNF di Bali dan NTB semakin bergairah dalam melaksanakan tugasnya demi mengabdikan dirinya pada Nusa dan Bangsa terutama Pendidikan Non Formal dan Informal di kawasan Bali dan NTB. Selanjutnya kedua petugas monev meninjau salah satu program percontohan yakni PAUD Harapan Bangsa milik UPT SKB Dinas Dikpora Kota Denpasar. Sedangkan program-program percontohan yang lainnya kegiatannya tidak dilaksanakan pada pagi dan siang hari. Oleh karena itu, atas undangan Kepala SKB Kota Denpasar Bapak Haji Khairudin, SH beserta Ibu Erna Isis rencananya akan mengunjungi program percontohan Kursus dan Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Tingkat Dasar yang dilaksanakan mulai jam 18.00 wita sampai jam 21.00 wita di UPT SKB Disdikpora Kota Denpasar. “Nanti Bapak Haji akan kami jadikan model untuk di massage oleh peserta kursus kami” kata Kepala SKB Kota Denpasar dengan guyonan. “Boleh...boleh saya siap kok” balas beliau dengan tidak kalah guyonnya. Sementara itu Ibu Erna Isis setelah ikut memantau KBM PAUD langsung melakukan monitoring dan evaluasi terhadap administrasi program Percontohan PAUD Terpadu, P2TK, PKH Tata Kecantikan Kulit Tingkat Dasar, Kursus Bordir, dan Keaksaraan Fungsional. Selanjutnya pada hari Rabu tanggal 3 Oktober 2012 rencananya tem monev ini juga akan mengadakan pertemuan dengan Kepala-kepala SKB se Propinsi bali untuk membahas lebih lanjut tentang Program percontohan dan Kursus ini (smt).

Senin, 01 Oktober 2012

CURAHAN HATI OPERATOR SIM PAUDNI SKB KOTA DENPASAR

Oleh : Anak Agung Ngurah Sumantri Operator SIM PAUDNI UPT SKB Dinas Dikpora Kota Denpasar
Tugas saya sebagai operator SIM PAUDNI ternyata bukanlah hanya mengolah data kemudian mengentrynya ke sebuah aplikasi pendataan. Apakah kemudian akan ada suatu program aplikasi data yang baru lagi? Ya semua itu tentu masalah teknis yang biasanya selama ini dibuatkan oleh yang “diatas”. Dan mengenai data ini ternyata bukanlah soal sederatan angka-angka,tabel-tabel serta grafik. Kalau hanya seperti itu datanya katanya masih mentah. “Data Anda belum bisa berbicara” kata para nara sumber setiap kami mendapatkan pelatihan ataupun workshop pendataan SIM PAUDNI ( tahun-tahun sebelum 2012 ini disebut SIM PNFI). Ah ternyata bukan hanya bulan saja yang bisa ngomong menurut Dul Sumbang, tapi Data yang diolah operator SIM PAUDNI pun kudu bisa ngomong. Nah agar data SIM PAUDNI ini bisa ngomong dan bermakna meski diolah lebih lanjut. Dideskripsikan demikian kata mereka, kemudian dipublikasikan. Untuk mempublikasikan data-data ini tentunya diperlukan media atau alat sehingga dapat disuguhkan baik itu kepada penentu kebijaksanaan yang di daerah semisal Bupati/Walikota, DPRD dsbnya. Atau di pusat seperti Mendikbud kemudian meruntut kebawah seperti Dirjen dstnya sesuai dengan strukturalnya. Kemudian mitra orisontal dengan lembaga negara terkait semisal DPR eh semoga ga salah nih penguraiannya. Kalau salah dimaafin aja). Ah sudahlah kok jadi tinggi-tinggi amat pemaparannya? Kembali lagi ke masalah saya sebagai operator SIM PAUDNI ini. Nah kami dari operator SIM PAUDNI saban tahun selalu di “up date”. Dua tiga tahun yang lampau bahkan beberapa kali dalam setahun kami selalu di up grading bahkan pada masa itu begitu banyaknya kami dibagian pendataan SKB ini dijejali barbagai data. Hal ini karena hampir setiap lembaga mengeluarkan model format data beserta aplikasinya. Mungkin karena adanya keluhan serta masih simpang siurnya masalah data di pendidikan non formal dan informal ini, pada tahun-tahun berikutnya format pendataan beserta aplikasinya semakin mengerucut dan formatnya kian simpel. Kembali pada masalah pendataan yang mestinya bisa berbicara ini. Yang namanya data ternyata bukanlah masalah deretan angka-angka, lajur tabel-tabel serta grafik. Data selain berbentuk angka-angka,tabel-tabel, serta grafik ternyata juga bisa berbentuk gambar/foto, gambar bergerak dan bersuara (Auduio-visual) seperti vidio dsbnya. Mengenai data yang bisa bicara yang selanjutnya tentu selain untuk kepentingan yang “diatas” guna dapat diapakai mengambil suatu keputusan serta kebijakan berkaitan dengan lembaga yang memberikan data. Dengan demikian data yang diolah itu agar dapat disuguhkan tidak saja kepada para pengambil keputusan dan penentu kebijakan tapi juga kepada masyarakat karena pada zaman ini berkaitan dengan masalah keterbukaan. Masyarakat berhak juga mengetahui tentang who's how lembaga pemerintah itu? Apa saja yang dikerjakan? dari mana anggarannya dan peruntukannya? Dsbnya. Karena bukankah semua anggaran negara ini datangnya dari rakyat dan kemudian dikembalikan kepada rakyat? Wah “serem” nih bahasanya, maaf ini bukan nyerempet ke politik (ga ngerti saya yang begitu). Oleh karena itu agar mereka tahu maka data-data cq data SIM PAUDNI ini kudu juga perlu dipublikasikan. Khusus untuk SKB cq UPT SKB Dinas Dikpora Kota Denpasar dimana saya bekerja dan bertugas mempublikasikannya. Tentang mempublikasikan data-data ini agar diketahui oleh pengambil keputusan dan kebijakan serta masyarakat, jujur saja memang ada berbagai kendalanya. Rasanya tidak enak rasanya menyinggung hal ini karena disetiap workshop dan pelatihan yang saya ikuti para penyelenggara bilang jangan anggaran dijadikan alasan untuk pendataan serta penyebarannya ke penentu dan pengambil kebijakan maupun masyarakat yang akan menjdi sasaran didik program. Misalnya pendataan SIM PAUDNI tahun 2012 ini sangat berbeda dibandingkan misalnya dengan tahun-tahun sebelumnya (Tahun 2010. Tahun 2011 sempat vacum dalam mengelola data dan belum jelas dimana pangkalan dan data center PNFI ini dikelola) selalu dianggarkan. Sedangkan untuk tahun 2012 ini (maaf) belum jelas dianggarkan. Bahkan dalam benak saya sempat berpikir bahwa pendataan SIM PAUDNI ini sudah tidak ada lagi untuk SKB dan sudah ditangani oleh sektor lain misalnya Dinas Dikpora Kabupaten/Kota. Terlepas siapa yang menjadi leading sektor dari data dan pendataan SIM PAUDNI tahun 2012 dan tahun-tahun mendatang, tugas saya dan juga teman-teman di SKB-SKB di Bali dan NTB adalah menyiapkan data ini karena format/blangko data untuk itu sudah kami terima dan ─harus─ diisi. Kembali kemasalah jenis data yang mesiki disuguhkan kepada mereka yang membutuhkan informasi tentang lembaga ini. Selain data-data angka serta tabel-tabel dan grafiknya disertai deskripsinya sehingga tidak mentah dan dapat “berbicara”. Kemudian tidak cukup sampai disana saja, tapi terekpos, terpublikasikan sampai ketangan para penentu/pengambil keputusan/kebijakan juga kemasyarakat. Dipasang di setiap SKB yang mpunya data baik data-data angka serta tabel-tabel dan grafiknya yang sudah dideskripsikan. Selain itu juga data-data berupa gambar dengan segala olahannya yang menarik sehingga layak dikonsumsi dan enak dipandang mata. Misalnya bebentuk poster, baliho, benner, leaflet, booklet dsbnya. Mengenai hal ini, para pembimbing kami dari BPPAUDNI Regional V sepintas pernah memberikan pelatihan tentang membuat leaflet dan poster di Hotel Mataram Raya (?) tahun 2010 lalu. Kemudian pada kunjungan mereka ke SKB Kota Denpasar bulan berikutnya, saya selaku pengelola SIM PAUDNI (waktu itu masih SIM PNFI) ditagih “PR” tentang leaflet dan poster yang dibuat. Belakangan pada pertemuan worshop di Hotel Jayakarta Kuta 13 sd. 15 September 2012 serta worshop peningkatan kualitas operator SIM PAUDNI di Hotel Cakra Bali Tohpati Denpasar tanggal 23 sd 25 september 2012 kembali disinggung tentang pempublikasian SKB dengan membuat laflet, poster serta buletin. Bagi saya pribadi, media-media seperti leaflet, poster, dan buletin itu mengingatkan saya akan masa lalu saya yakni semenjak saya pertama kali bekerja di SKB ini tahun 1984 (dulu SKB Kesiman) sampai di tahun 2000 menjelang otonomi daerah. Tugas saya ya membikin leaflet, poster dan booklet. Bahkan khusus utuk booklet saya malah “berpetualangan" sampai beberapa kali ke BPPNFI Surabaya (waktu itu di tahun 1995-1998 masih BPPLSP Surabaya). Bahkan pada tahun 1993 saya malah diajak oleh Bidang Dikmas Kanwil Depdikbud Propinsi Bali ke Balai Dikmas Ungaran Semarang dalam rangka penyusunan Booklet pendidikan luar sekolah selama 1 minggu. Dengan demikian, jenis media-media yang disebutkan tadi itu adalah jenis media cetak yang bagi saya (dalam hati berpikir) kok kembali ke masa lalu? Bukannya mesti ditinggalkan, hanya saja di era serba digital ini rasanya saat ini apa tidak sebaiknya kita menggunakan dan memanfaatkan media digital ini sebagi media penyebaran informasi program-program SKB ke masyarakat dan juga penentu pengambil keputusan dan kebijakan ini via media digital ini? Pengalaman saya pribadi tentang media-media cetak tersebut rasanya kurang efektif dan efisien dalam ─baik─ penggunaan/pemanfaatannya dan penyebarannya ke publik. Mungkin beda kali dengan BPPAUDNI Regional V Mataram yang pendanaan untuk media –media jenis ini dibandingkan kami di SKB terutamanya SKB Kota Denpasar. Dari semenjak saya menangani/mengelola media cetak jenis ini, saya selalu tidak bisa menampilkan bentuk yang lux/mewah denga cetakan yang baik. Hal ini sekali lagi karena masalah anggaran untuk media ini di SKB kami ini kurang mendukung karena sangatlah kecil. Bahkan terkesan hanya sekedar dan bukan hal yang penting. Sehingga saya yang ditugaskan mulai dari mengisi/menulis, melayout, memfotocopy, bahkan memasukkannya ke amplop lalu mendristribusikan baik ke Desa-desa di wilayah kerja SKB Kota Denpasar sampai mengirimkannya lewat kator Pos, semuanya saya kerjakan sendiri. Hal ini saya lakukan karena kecilnya anggaran serta tentu merasa tidak enak kalau meminta teman-teman mengirimkan tulisan utuk dimuat di buletin karena tidak mampu memberi honor. Sedangkan kalau tidak diterbitkan karena anggaran yang kecil ini tentu suatu hal yang kurang baik. Mengembalikan anggaran ke pemerintah? Dampaknya pada anggaran berikutnya tidak baik. Terpaksalah diterbitkan dengan segala keterbatasan. Selanjutnya, selain budaya membaca, juga kurangnya budaya menilis dikalangan masyarakat kita. Jangankan masyarakat awam, terutama sekali dikalangan akademik dan para intelektual kita budaya menulis ini sangat rendah. Sekarang amati dijajaran kita saja, berapa insan PNF sih yang suka menulis? Berapa orang Pamong Belajar Bali dan NTB yang suka menulis diantara puluhan jumlah mereka tersebar di lembaga-lembaga PNFI Bali-NTB? Berapa Pamong Belaja yang mengirim tulisan ketika BPPUADNI Regional V mengundang mereka untuk mengisi Buletin terbitannya? Dapat dihitung dengan jari. Bahkan diiming-imingi honor pun belum juga membludak yang mengirimkan tulisannya. Padahal honornya lumayan lho (saya bisa bilang begitu karena tulisan saya pernah dimuat dan honornya lumayan sekitar 1 juta rupiah dipotong pajak). Kembali lagi ke masalah diatas tentang pengelolaan buletin dan media cetak di SKB Denpasar, dimana sampai pengirimannya (waktu itu mengirim barang cetakan untuk dinas via kantor POS belum dikenai biaya) terpaksa saya lakukan. Demikian yang pernah saya alami dalam mengelola media cetak di SKB ini baik itu leaflet, booklet, poster, dan buletin. Banyak suka dukanya dan yang paling bikin penasaran dan belum juga puas sampai saat ini adalah tampilannya yang “katrok” serta pendistribusiannya yang kurang efisien dan efektif. Nah, sekarang ini kembali saya disarankan lagi membuat poster, leaflet, buletin oleh BPPAUDNI Regional V cq bagian seksi informasi. Saya jadi teringat awal-awal karier saya di PNS lagi. Sedangkan disisi lain, saat ini kita sudah berada di era digital. Mengapa kita tidak fokuskan saja media ini ke media digital ? Bagi saya probadi, ternyata media digital ini jauh lebih mudah membuatnya, lebih murah pembiayaannya, lebih gampang penyebarannya, dan tentunya sangat efektif dan efisien serta mendunia dalam hitungan detik. Coba saja, disaat-saat sulitnya saya membuat media yang berbasis cetak karena tiadanya dukungan finansial di SKB ini, otak saya jadi berputar dan kretivitas jadi muncul karena tantangan situasi dan keterbatasan finansial. Bukankah selaku Pamong Belajar termasuk juga sebagai operator SIM PAUDNI ini kita dituntut menjadi insan-insan yang selalu berpikir, berbuat, berkreatif dan berinovatif? Bertolak dari pikiran tersebut, saya kemudian membuat blog (sebagai salah satu bentuk media digital pengganti media cetak buletin), dan juga membuat Facebook. Membuat media pandang dengar/audio-visual. Untuk hal ini karena keterbatasan peralatan pendukungnya maka kami menggunakan kamera digital baik untuk foto maupun vidio. Foto-foto berbagai program kegiatan SKB ini saya pasang di FB. Dalam bentuk berita dan foto saya muat di blog. Sedangkan dalam bentuk audio-visual saya upload dan pakai web vidio terkenal YouTube. Nah demikianlah semua unsur-unsur jenis media itu lengkap saya buat di dunia maya. Dan last but not least, semuanya gratis tis tis! Hanya bermodalkan peralatan seadanya yang dimiliki SKB Kota Denpasar ini plus komputer yang ada sambungan internetnya (menggunakan speedy bantuan Disdikpora Kota Denpasar) maka tertayangkanlah semua aktivitas SKB kami ini. Selain gratis, tidak ribet, hemat, praktis dan mendunia pula dalam sekejap. Saya hanya tinggal nongkrong di depan komputer lalu berkreasi tak terbatas. Membuat media cetak? Bukannya tidak perlu dan ketinggalan jaman, tapi bukan rencana program yang utama. Yang paling penting bagaimana upaya seorang operator SIM PAUDNI ini sebagai bagian tugasnya untuk memasyarakatkan berbagai bentuk datanya ini kehadapan para penentu/pengambil keputusan dan kebijakan ini serta kepada masyarakat dapat tercapai. Sedangkan pertimbangan lainnya selain murah adalah mengingat bangsa kita ini, suka tidak suka mendengar dan mengetahuinya, mereka ini kurang suka budaya baca demikian juga menulis. Mereka lebih tertarik dengan budaya melihat dan mendengar. Ketika kita masih kecil saat menjelang tidur, kita lebih suka dan tertarik MENDENGARKAN orang tua kita mendongeng. Kemudian pada masa-masa berikutnya, peran orang tua dalam mendongeng digantikan oleh peran alat elektronik audio. Misalnya mendengarkan dongeng-dongeng dalam drama radio seperti yang paling digemari masyarakat adalah SATRIA MADANGKARA, TUTUR TINULAR, MISTERI GUNUNG MERAPI dsbnya. Begitu membuat masyarakat ketagihan dan tergila-gila menunggu saat-saat disiarkannya dongeng-dongeng tsb bahkan sampai meningalkan pekerjaannya. Masa-masa itu lewat kemudian digantikan oleh peran audio-visual alias televisi. Masyarakatpun tergila-gila dengan berbagai tayangan dongeng seperti sinetron MARIA MERSEDES, sinetron TERSANJUNG dsbnya. Kemudian sejalan dengan kemanjuan dunia Informasi Teknologi, masyarakat kita memasuki era digital INTERNET. Dalam masa ini masyarakat pun berperan bukan hanya jadi subjeknya tapi lahirnya media interaktif. Masyarakat bukan lagi sebagai penikmat saja seperti dalam bentuk media-media elektronik sebelumnya namun juga ikut berperan dan menentukan. Masyarakat kita bukan lagi menjadi subjek pemberitaan tapi malah dapat membuat berita bagi dirinya maupun orang lain. Munculah fenomena seperti Youtube. Misalnya lipsing ala SINTA DAN JOJO dengan KEONG RACUNNYA. BRIPTU NORMAN KAMARU dengan Vidio Lipsingnya juga di YouTube “Chaiya-chaiya” nya yang menggemparkan. Semua fenomena tayangan di dunia maya itu sungguh sensasional dan membuat pelakunya terkenal selain mengubah masa depannya menjadi populer dan secara ekonomi sangat baik. Nah, bukankah fenomenal ini seharusnya dengan cepat kita tangkap dan manfaatkan? Jadi, mengingat masyarakat kita KURANG MEMILIKI BUDAYA BACA (juga budaya menulis) dan lebih tertarik dengan BUDAYA MELIHAT DAN MENDENGAR mempertimbangan hal-hal tersebutlah maka saya lebih cenderung dan tertarik mempublikasikan semua program SKB kami ini ke media digital. Dalam pengamatan saya sehari-hari di SKB Kota Denpasar, masyarakat yang datang ke SKB ini lebih tertarik menghampiri pemasangan data dengan media gambar dan foto misalnya baliho yang terpampang di lobby. Sedangkan media data berupa angka-angka serta grafiknya tidak diharaukan sama sekali. Demikian pula buku-buku, bahkan buletin kiriman BPPAUDNI pun tidak ada yang membacanya termasuk para pamong belajarnya! Demikian pula setiap ada warga masyarakat yang datang ke SKB kami untuk mendaftarkan diri ikut pendidikan kesetaraan, saya selalu bertanya, “Darimana Anda tahu bahwa di SKB kami ini melaksanakan Pendidikan Kesetaraan?”. Sebagian besar dari mereka menjawabnya, “Dari Internet Pak !”. Nah, jawaban-jawaban dari masyarakat yang datang ke SKB Kota Denpasar ini menjadi indikasi bahwa mempublikasikan data-data SKB in akan jauhi lebih efektif dan efisien melalui media digital dibandingkan media cetak. Kami bahkan sering mendapatkan telepon dari anggota masyarakat yang secara geografis letaknya sangat jauh dari Kota Denpasar. Misalnya dari Kabupaten Badung, Gianyar, Klungkung dsbnya di Bali. bahkan juga luar Bali dan Luar Negeri seperti Orang Indonesia yang bekerja di Thailand dan terakhir pertengahan September 2012 ini dari Abudabi. Saya masih ingat namanya yaitu Made Mawa. Mereka semua tahu informasi tentang SKB ini dari Internet ! Selain itu, saya juga terinspirasi dari tayangan-tayangan iklan di televisi-televsi Indonesia. Dengan vidio iklan yang durasinya sangat pendek bahkan hitungan detik saja sangat mempan memikat hati pemirsa TV. Mengapa tidak saya coba saja mempublikasikan program-program SKB Kota Denpasar yang sedang berjalan dan sudah dilaksanakan? Bukankah ada media audio-visual di Internet yang gratis? Bertolak dari pemikiran yang tiba-tiba menyelinap dibenak itulah maka sejak tahun 2010 saya berinisiatif membuat vidio pendek mengenai program-program SKB ini dan mempublikasikannya via blog, facebook serta menguploadnya ke YouTube. Sekali lagi, bukan mengecilkan peran media cetak seperti leaflet, poster, buletin dll tsb, hanya sebagai pendukung masih diperlukan (sejalan dengan waktu, perkembangan zaman dan kemajuan IPTEK maka media-media cetak tsb akan kian ditinggalkan. kalau tidak dari sekarang memulainya, kapan lagi? Tapi bagi kami di SKB Kota Denpasar yang dari tahun ke tahun selalu kurang didukung anggaran yang memadai untuk jenis-jenis media cetak ini, kami lebih tertarik mempublikasikannya via media digital. Bukankah seperti kata pepatah Tiada Rotan Akar pun jadi? Tapi bagi saya malah sebaliknya menjadi Tiada Akar ya Rotan aja pakai. Gratis serta efektif lagi. Gitu aja kok repot?